News Update :

Pages

Pengikut

Hot News »
Bagikan kepada teman!

2012, Laba LPD Kedonganan Naik 20%

Penulis : jagad buku on Sabtu, 16 Maret 2013 | 06.41

Sabtu, 16 Maret 2013


TAHUN 2012, LPD Desa Adat Kedonganan membukukan laba Rp 6,1 milyar. Setahun sebelumnya, laba LPD Kedonganan sebesar Rp 5 milyar. Ini menunjukkan terjadi peningkatan senilai Rp 1,058 milyar atau sekitar 20%. Di sisi lain, asetnya juga menembus angka Rp 200 milyar, yakni mencapai Rp 207,5 milyar. Tahun 2011, aset LPD Kedonganan senilai Rp 162,2 milyar. Ini berarti meningkat 27,72%.
Sejak didirikan tahun 1990, laba LPD Kedonganan memang mengalami pertumbuhan yang signifikan. Rata-rata, pertumbuhan labanya mencapai 60%.
Dari sisi dana pihak ketiga, LPD Kedonganan juga menunjukkan kinerja yang baik. Nilai tabungan yang berhasil dihimpun sepanjang 2012 mencapai Rp 86,1 milyar, sedangkan deposito sebesar Rp 86,6 milyar. Tabungan meningkat 23,5%, sedangkan deposito 41,02%.
Kredit yang disalurkan juga meningkat. Jika tahun 2011 nilai kredit yang disalurkan mencapai Rp 125,4 milyar, pada tahun 2012 meningkat menjadi Rp 152,2 milyar.
Kepala LPD Desa Adat Kedonganan, I Ketut Madra, S.H., M.M., menyatakan peningkatan aset maupun laba memang bisa dimaknai sebagai bukti makin meningkatnya kepercayaan krama Desa Adat Kedonganan. Akan tetapi, hal itu juga berarti semakin besar tanggung jawab yang harus dipikul LPD Kedonganan.
“Tanggung jawab LPD semakin besar, berarti pula tanggung jawab krama kepada LPD juga makin besar, karena LPD ini milik krama,” kata Madra.
Bagi Madra, target LPD Kedonganan tidak semata-mata laba dan aset yang besar. Yang jauh lebih penting bagaimana LPD bisa memberikan manfaat bagi krama dan Desa Adat Kedonganan. “Kesuksesan LPD Kedonganan tak lagi diukur dari laba dan aset yang tinggi tapi sejauh mana LPD ini dirasakan kehadirannya oleh krama,” tandas Madra.
Itu sebabnya, LPD Kedonganan terus berupaya berinovasi menciptakan produk dan program-program yang bermanfaat dalam mensejahterakan krama dan memajukan desa. Untuk bisa mencapai itu, dukungan krama menjadi hal yang mutlak. (*)
DATA DAN FAKTA LPD KEDONGANAN
(2010-2012)


Tahun 2010
(Dalam Ribuan)
Tahun 2011
(Dalam Ribuan)
Tahun 2012
(Dalam Ribuan)

Aset
136.019.081
162.478.762
207.520.865
Tabungan
51.276.249
69.749.276
86.155.936
Deposito
56.041.250
69.749.276
86.633.000
Kredit
104.222.723
125.497.215
152.202.459
Modal
19.010.303
21.677.952
24.735.444
Laba
4.446.082
5.095.821
6.154.196
Jumlah Penabung
8.913
9.351
10.207
Jumlah Deposan
521
551
597
Jumlah Debitur
1.901
1.859
1.867
 
komentar | | Baca Selengkapnya...

Nasib Wayan "Dolar" Tarma dan Perda Penghargaan Seni

Penulis : jagad buku on Minggu, 24 Februari 2013 | 20.01

Minggu, 24 Februari 2013

NASIB seniman drama gong, Wayan Tarma alias Dolar –diambil dari nama tokoh punakawan yang diperankannya dalam pertunjukan drama dong—tiba-tiba menyedot perhatian publik Bali. Bermula dari kunjungan Paguyuban Pelawak se-Bali ke kediaman Dolar di Bangli. Dari kunjungan itu terungkap Dolar sedang mengalami sakit stroke. Ironisnya, sang pelawak yang di era tahun 1990-an itu mengocok perut masyarakat Bali, tak mampu membiayai perawatan atas sakitnya. Media pun mengabarkan kenyataan itu. Tak berselang lama, media jejaring sosial Facebook pun dipenuhi ungkapan keprihatinan.
Sejumlah kalangan pun menyampaikan kepedulian kepada Dolar. Ada yang datang langsung ke rumah Dolar sembari memberikan bantuan, ada juga yang mengumpulkan bantuan di Denpasar untuk biaya perawatan sakit Dolar. Kini, sang pelawak sudah dirawat di RS Sanglah.
Keprihatinan terhadap nasib seniman tradisional –termasuk juga modern—di Bali sebetulnya sudah sejak lama mengemuka. Banyak seniman Bali yang di masa jayanya begitu dielu-elukan tetapi begitu tidak produktif tak banyak yang menghiraukan. Masa tua mereka tak lagi diwarnai tepuk tangan penonton. Aneka penghargaan dari pemerintah pun hanya menjadi selembar kertas yang tak memberi pengaruh apa-apa pada nasib sang seniman. Sang seniman seperti menapak jalan sepi, sendiri, hingga menuju ke “rumah sejati”.
Jauh sebelum Dolar, tak terbilang kabar seniman tradisional Bali yang jatuh sakit tetapi tak mampu berobat. Bahkan, tak jarang yang harus berutang untuk berjuang kembali sehat.
Entah kebetulan atau tidak, pada saat perhatian publik tersedot pada nasib Dolar yang stroke, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bali bulan ini tengah membahas perubahan atas Peraturan Daerah (Perda) tentang Penghargaan Seni. Senin (11/2) lalu, perubahan perda itu memasuki tahap mendengarkan pandangan umum fraksi.
Menarik menyimak pandangan umum fraksi-fraksi DPRD Bali atas perubahan perda tersebut, terutama dari Fraksi PDI Perjuangan, Fraksi Benteng Indonesia Raya, Fraksi Partai Golkar.
F-PDI Perjuangan melalui pembicaranya, Drs. I Made Supartha, S.H., menyatakan penghargaan seni yang diberikan kepada seniman hendaknya tidak hanya berkaitan dengan fisik semata. F-PDI Perjuangan memandang penghargaan seni kepada seniman dapat diperluas menjadi kontribusi nyata dari pemerintah untuk melindungi seniman secara sosial dan ekonomi.
“Kami mengusulkan agar pemerintah mencari model penghargaan atau apresiasi kepada seniman yang mengarah kepada pemenuhan kebutuhan termasuk kelanjutan pendidikan anak-anak mereka. Misalnya, dengan pemberian beasiswa pendidikan kepada anak pada seniman,” kata Supartha.
Pandangan senada juga dikemukakan Fraksi Benteng Indonesia Raya. Dalam pandangan umum yang dibacakan I Wayan Tagel Arjana, S.T., Golkar juga menyatakan penghargaan kepada seniman bisa juga dilakukan dalam bentuk lain seperti memberikan fasilitas berupa jaminan kesehatan, dan memberikan ruang kepada seniman untuk beraktivitas dan berekspresi dalam pengabdiannya di bidang seni atau berupa tunjangan finansial sesuai dengan kemampuan daerah dan undang-undang yang berlaku.
Sementara Fraksi Partai Golkar meminta agar penghargaan Dharma Kesuma sebagai penghargaan seni dari Pemprov Bali tidak hanya bersifat simbol semata. “Tapi, agar terus dipantau kehidupan dan kesejahteraan para seniman yang mendapat penghargaan Dharma Kesuma, jangan sampai lencana tersebut terjual untuk membiayai kehidupan sehari-hari seniman tersebut,” kata I Gusti Lanang Wibiseka, pembaca pandangan umum Fraksi Partai Golkar. (jay)
komentar | | Baca Selengkapnya...

Blogger news

Categories

About

Blogroll

 
Tentang Kami | Hubungi Kami | Redaksi | Iklan | Donasi | Syarat dan Ketentuan | Layanan
Copyright © 2011. Bali Prani . All Rights Reserved.
Desain Template Oleh panjz-online | Didukung Oleh creating website | Diberdayakan Oleh Blogger